The power of kelas hybrid

Dulu, yang kita tau itu kalo belajar ya mesti datang ke kampus ato sekolah atau tempat apapun namanya selama dilakukan tatap muka, bertemu dan diskusi bersama. Setelah negara api menyerang, sedikit demi sedikit akhirnya kita menyesuaikan kebiasaan tersebut menjadi daring dengan menggunakan alat bantu smartphone atau pun dari laptop. Lalu kekinian, trend tersebut bergabung macam pakaian mix and match aja yakan kadang tatap muka selanjutnya daring atau bahkan juga daring dan tatap muka dilakukan secara bersama-sama. Istilah lain tersebut dinamakan hybrid. Jadi, enakan ngajar yang seperti mana satu? Sebenernya optional sih ya, tapi mungkin lebih ke suasananya karna setiap kelas itu punya karakter tersendiri yang dibentuk berdasarkan kebiasaan mahasiswa juga.

Dimulai dari bagian yang paling umum dulu yaitu menjelaskan sebuah materi. Jadi kita tuh udah didepan kan ya, materi ada, buku juga ceklis kemudian cuap-cuaplah kita didepan kelas. Yang bikin mirisnya itu, suara udah mau abis tapi ternyata tidak didengar. Mungkin ada, sedikit, it’s better than nothing. Ini berlaku pada saat tatap muka maupun daring. (curhat dong kesempatan)

Drama lainnya adalah tingkat pemahaman yang tentunya berbeda tiap mahasiswa sehingga terkesan “buru-buru” atau bahkan “terlalu lama” waktu menjelaskan, Padahal memang karna lagi semangat aja, Antara mereka memang bener-bener dengerin ato sekedar present ato karna jaringan lelet dipertemuan itu.

Hal unik mengenai tugas adalah, mahasiswa bisa mempelajari hal baru baik itu terkait matakuliah dalam lingkup kecil maupun lingkup besar dengan ketentuan yang tentu dibuat oleh dosen. Itupun masih ditanya juga seperti misalnya “formatnya bagaimana bu?” hingga “ada contohnya bu?” yang mana pada setiap pertemuan sebenernya udah ada materi tambahan baik itu buku, hingga video tutorial. Itupun masih dibilang tidak lengkap dan kurang sesuai. Hajap memang. Lengkap aja salah, apalagi nggak lengkap yakan? (ini beneran curhat loya)

Hal yang disukai pada saat daring adalah “hobby return”. Yang dulunya jarang ngepost di blog sekarang juga masih jarang sih tapi setiap bulan setidaknya sudah ada satu postingan dan itu sebuah peningkatan. Ini berlaku juga di yt. Hobi editing video dimulai waktu kuliah semester 6 yll di jurusan IT (sambil kuliah juga dijurusan akuntansi, seiring dan seirama) ato juga hal yang mengarah kepada jurnalis (selain dari jurusan IT dan AK tentunya). Setidaknya sekali setahun ada produksi satu video dokumenter walaupun tidak semuanya dipublish di yutub tapi wajib ada pada saat wisuda soalnya nggak maniak adsense pulak kan. Hanya hobi, lebih kepada penyimpanan aja sih. Agak berat kalo taroh di laptop, terlalu banyak makan memori. Lagipun nggak semua video disetting publik

Hal yang disukai pada saat tatap muka yaitu lebih mengenal karakter mahasiswa karna ada banyak wajah yang berseliweran disekitar kampus jadinya agak kesulitan dalam mengingat wajah apalagi yang kalo sedang nge-zoom si kamera tak diaktifkan pada saat daring pada pertemuan sebelumnya, dan jika terjadi kendala pada materi tertentu, lebih mudah untuk di handle langsung. Eh tapi kesimpulannya enakan kelas yang mana dong? Coba tanya pada rumput yang bergoyang.

Terimakasih sudah membaca sampai akhir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RSS
Follow by Email
Twitter
Visit Us
Follow Me